Sunday, December 14, 2008
oleh : Oliver Ekacakra,Caleg DPRD DKI no 7 Dapil Jakarta Timur.
Salah satu hasil Rakernas IV Partai Demokrasi Pembaruan yang berakhir pada hari minggu tgl 7 Desember 2008,adalah mencalonkan Ir H.Laksamana Sukardi sebagai Capres dan H.Roy BB Janis,SH,MH sebagai Cawapres dalam Pemilu Pilpres tahun 2009. Keputusan ini merupakan sungguh di luar kebiasaan mainstream politik. Tapi PDP berani menembus sekat-sekat kepalsuan partai politik yang mengatasnamakan koalisi antar partai dengan alasan agar pemerintah terjalin efektif.Alih-alih rakyat sejahtera, malah kesejahteraan kekuasaan belaka. Padahal di balik itu adalah kompromi kepentingan yang ujung-ujungnya dagang sapi. Tentu duet Laks dan Roy merupakan keputusan politik atas dasar kepentingan yang lebih luas. Karena PDP ingin mengubah mainstream politik yang dimainkan para elite di negeri ini menuju paradigma politik yang bermartabat dan demokratis.
Jika dilihat dari perjalanan PDP dari awal dideklarasikan hingga saat ini,maka kita akan melihat suatu benang merah yang tidak dapat dipungkiri, bahwa partai ini memiliki semangat, visi serta ‘obat’ untuk menyejahterakan bangsa. PDP juga mungkin akan ditakdirkan untuk memimpin bangsa lewat kemenangan dalam Pemilu 2009.
Kelahiran PDP pada akhir 2005,yang mengusung semangat pembaruan dengan memperkenalkan sistem kolektif kolegial dengan mendisain dua badan struktur organisasi di tiap tingkatan kepengurusan yakni Pimpinan Kolektif dan Pelaksana Harian tersebut menggemparkan dunia perpolitikan nasional.Banyak para pengamat poltik dan elit politik meragukan jenis kepemimpinan kolektif akan berhasil dijalankan.
Seiring waktu berlalu, PDP dengan sistem kolektifnya terus mendapat perhatian masyarakat dan semakin dicintai. Partai – partai Politik yang berkuasa di Parlemen pun mulai terusik akan fenomena ini. Parpol yang berkuasa melalui Komisi III DPR menjerat Koordinator PKN PDP Ir H Laksamana Sukardi dengan pasal korupsi atas penjualan 2 kapal tanker VLCC. PDP tetap tegar dan bertahan menghadapi pendzoliman ini.
PDP di tengah-tengah badai yang menerpa semakin banyak mendapat simpati rakyat,PDP semakin besar dari hari ke hari.Sosok Laksamana Sukardi juga makin terlihat dan akrab bagi masyarakat. Masyarakat mulai melihat kepribadian Laks baik dari media tulis dan elektronik, maupun dari buku-buku yang ditulisnya.Hal ini terus mengokohkan Laks sebagai calon pemimpin yang mempunyai visi terhadap perubahan bangsa menuju kesejahteraan seluruh rakyat khususnya rakyat kecil. Pandangan masyarakat yang tadinya mendeskritkan Laksamana perlahan-lahan berubah 180 derajat.
Kasus VLCC semakin memeroleh kebenaran bahwa sosok Laksamana adalah sosok yang bersih dari korupsi.Jaksa yang begitu ngotot untuk menyeret Laks bahkan dicopot dari jabatannya akibat terlibat dalam kasus korupsi di Kejaksaan Agung.Mungkin hanya Laksamana Sukardi saja yang menghadapi kasus seperti ini.
Setelah diperiksa di KPK dan tidak ditemukan bukti, DPR meminta Kejaksaan Agung untuk menyeret beliau atas tuduhan korupsi penjualan VLCC. Hingga kebenaran terkuak,Kejagung tidak menemukan bukti-bukti bahwa Laks terlibat dalam usaha merugikan negara.Banyak kader yang meyakini bahwa “Tuhan tidak tidur”.Saya pribadi meyakini bahwa Laksamana Sukardi telah di ’baiat’ oleh Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi sosok pemimpin bangsa yang bersih dari korupsi. Jika dilihat dari Capres yang ada sekaranG,belum ada yang lolos dari ujian “bebas korupsi” dari KPK,DPR dan Kejagung seperti Laksamana Sukardi. Seharusnya Laks diberi penghargaan “Tokoh bebas Korupsi Award”.
Wapres Pendamping atau Pesaing?
Merupakan sebuah pemikiran yang spektakuler dari salah satu kader terbaik PDP, Roy BB Janis. Buku yang menguraikan sebuah teori yang menawarkan agar Presiden dan Wakil Presiden berasal dari satu Partai banyak dibicarakan oleh para pengamat politik maupun elit Partai.Pemikiran tersebut tidak akan lahir dari sembarang orang, akan tetapi hanya lahir dari kader yang menjiwai dan memiliki roh pembaruan.
Apalagi peta perpolitikan nasional saat ini lebih berpihak pada politik koalisi yang penuh dengan aroma dagang sapi. Para pengamat politik terbawa arus tersebut dan melupakan sebuah kelemahan dari sistem koalisi tersebut. Mengapa ? Karena mereka terjebak dengan situasi yang dimainkan para elite politik lama.
Roy dapat melihat kelemahan tersebut dari perjalanan bangsa ini.Presiden dan Wakil Presiden I Republik ini,Bung Karno dan Hatta bukan berasal dari Partai yang sama.Duet tersebut kurang dapat bersinergi dan akhirnya bung Hatta berhenti ditengah jalan.
Pada masa reformasi, duet pasangan Gus Dur – Megawati juga tidak mampu bersinergi dan menyebabkan kabinet berjalan dengan tidak efektif. Pasangan SBY-JK banyak menyajikan ketidaksinergisan mereka. Jika pasangan presiden dan wakilnya berasal dari partai yang berbeda, maka akan menyebabkan tersendat-sendatnya program pemerintahan yang akan dijalankan.Masyarakat akan dirugikan.Dan posisi wakil presiden akan menjadi pesaing presiden.
Pada masa Orde baru, Presiden dan wakilnya berasal dari satu partai. Fungsi wakil presiden pada saat itu tidak pernah menjadi pesaing dari Presiden,fungsinya kembali kepada habitat aslinya yaitu sebagai pendamping Presiden menjalankan pemerintahan.Sehingga pemerintahan berjalan dengan efektif.
Presiden dan Wakil Presiden yang berasal dari satu Partai juga diterapkan di negara-negara Eropa termasuk Amerika Serikat yang baru saja memilih Presiden baru mereka, Barack Obama. Obama memilih wakilnya dari partai yang sama dengannya. Masa lima tahun merupakan masa yang singkat untuk memerintah, jika pasangan presiden dan wakil presiden berbeda Partai akan menghabiskan 1/2 periode pemerintahan ( 2,5 tahun) untuk beradaptasi satu sama lainnya.Akan tetapi jika pasangan satu partai, begitu dilantik langsung menjalankan program-progam kabinet dan merealisasikan janji – janji kampanye.
Duet Laks dan Roy Perkuat Posisi Pemerintahan
Akan merupakan pasangan yang serasi jika Laks terpilih menjadi Presiden dan Roy menjadi Wakil Presiden.Posisi wakil Presiden tidak lagi menjadi pesaing Presiden yang selalu mencari-cari peluang menjatuhkan Presiden,akan tetapi menjadi pendamping yang setia bagi Presiden menjalankan roda Pemerintahan dan bersama-sama mewujudkan janji-janji politik PDP, bukan lagi janji politik 2 orang saja.
Sehingga bagi masyarakat,lebih baik memilih pasangan ini daripada pasangan koalisi dikarenakan Capres dan Cawapres ini akan dengan sekuat tenaga menuntaskan program-program mereka sebaik-baiknya dan jalannya roda pemerintahan akan berjalan efektif.
Kabinet yang terbentuk ini akan lebih fokus dan berjuang sekuat tenaga untuk merealisasikan janji-janji politik selama masa periode pemerintahannya.Masa 5 tahun adalah masa yang sangat singkat untuk memerintah,
Keuntungan Bagi Masyarakat Jika Memilih Pasangan ini
Masyarakat tidak lagi bingung untuk mencari kambing hitam siapa yang salah jika pemerintahan ini gagal menjalankan janji-janji politiknya.Masyarakat tinggal menunggu Pemilu berikutnya dan menghukum partainya,dengan cara tidak lagi memilih Partai dan Calegnya di PEMILU 2014.
Akan tetapi jika pasangan ini berhasil mewujudkan janji-janjinya,maka masyarakat juga jangan lagi bingung mencari Partai idamannya,Capres- Cawapres idamannya. Masyarakat hanya tinggal menunggu pasangan Capres – Cawapres yang dicalonkan oleh PDP pada Pemilu berikutnya. Tentunya hal ini (Capres-Cawapres satu partai) sangat menguntungkan bagi rakyat,pasangan satu partai ini tidak merugikan rakyat malah menguntungkan bagi posisi tawar masyarakat didalam hak-hak politiknya.Rakyat tidak lagi menjadi kerbau yang dicocok hidungnya.Rakyat tidak lagi dipermainkan oleh manuver-manuver elit politik,demokrasi dikembalikan menjadi rakyat yang berkuasa.
Tugas Kader dan Simpatisan PDP
Sebagai kader dan simpatisan PDP berkewajiban untuk memberitakan dan mensosialisasikan pasangan ini,memberi pengertian atas kebenaran teori ini kepada masyarakat,mengajak masyarakat untuk bergabung dalam gerakan pembaruan ( renewal movement ) karena kita adalah agent of renewal ( agen pembaruan ).Gelorakan semangat ini demi mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Labels: Berita, PKK PDP JAKTIM
Post a Comment
0 Comments:
Post a Comment